Separuh Sempurna





Hari itu, aku bertemu dengan sebuah peristiwa menarik. Mengubah kehidupan, penuh tantangan, dan mengeluarkanku dari rasa nyaman. Mulanya angin lalu, lama – lama mengganggu. Sebab, ia diam – diam menyelinap dalam ruang – ruang pikiran, kemudian membangunkan harapan yang telah lama terabaikan.

Malam itu menjadi sebuah tanda, bahwa Ia benar – benar yang Maha Kuasa. Menjadi bukti bahwa Ia adalah sang Pemilik hati, pun yang mampu membolak – balikannya. Aku tidak bijaksana dalam meminta, tapi Ia sebaik – baik Perencana. Aku berbisik dalam memohon, tapi Ia sebaik – baik Pendengar. Berpura – pura tidak peduli, tapi pengetahuanNya meliputi yang tersembunyi.

Inikah orangnya? 
Pertama. Hanya datang kemudian pergi. Kedua. Berkunjung ternyata bukan. Ketiga. Diabaikan tapi selalu hadir. Mungkin ini yang disebut takdir. 

Beginikah caranya?
Menyentuh dengan cara yang tak biasa. Kupikir ini aneh, tapi nyata. Dia-lah sebaik - baik sutradara dengan seindah - indah cerita. Mungkin ini yang disebut takdir. 

Sudah tepatkah waktunya?
Jarum jam terus berputar. Satu hari, satu pekan, satu bulan. Dua hari, dua pekan, dua bulan. Tiga hari, tiga pekan, tiga bulan. Sang waktu terus mengalir, menghilangkan rasa khawatir. Mungkin ini yang disebut dengan takdir.

Mungkin ini yang namanya takdir. Demi yang terbersit menjadi ada, yang mustahil menjadi nyata, dan yang tak terbayang kemudian datang. Seperti inikah yang disebut dengan takdir? Menghilangkan takut dan kalut. Menutup segala cela, kemudian dijadikan pesona. Mungkin begini rupanya takdir. Membuat bertemu, mengubah ragu, lalu dijadikan satu. Sepertinya ini yang disebut dengan takdir, sebab ia membuat menerima kemudian bersedia.

Kuperhatikan cara takdir bekerja. Mulus, tanpa cela. Halus, tidak terasa. Semesta bekerja, mengarahkanmu dan aku. Ah, rupanya ini yang disebut dengan takdir. Meski kamu abai, ia tetap akan kembali. Begitulah takdir. Yang semestinya terjadi, akan tetap terjadi. Aku tidak mampu membuatnya berhenti.

Diam – diam aku meyakinkan diri, bahwa yang sejati tetap akan jadi yang sejati.

Sekalipun kerut mulai menghiasi dan aku tidak lagi mempesona.

Ia tidak akan pergi.

Sebab kami dipersatukan takdir....





 Begini rupanya takdir. Membuat bertemu, mengubah ragu, lalu kami dijadikan satu. -DPA






Bandung, 17 April 2017


Amateur Traveler

Dinda Alhumaira

Comments

  1. Replies
    1. Waaaa... Terimakasih sudah membaca, Teh Ajeng. Teh Ajeng pun insyaallah sudah bertemu takdir yang ini. Mudah2an dilancarkan segala urusannya... 😘

      Delete
  2. " diabaikan tapi selalu hadir " :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. Mungkin ini yang disebut takdir.... 😂😂😂

      Delete
  3. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  4. Dinnn kerennn, baper bacanyaa apalagi yg kisah romantis :(. Jadi ada bahan buat bacaa" deh hahaha

    ReplyDelete
    Replies
    1. Teh Isviiii... Wktu itu mau bales WA tapi keburu rusak hpnya... Jadi diinstal ulang dan keapus semua nomor kontak. Hihihihi. Alhamdulillah kalau sukaaaa. 😚😚

      Delete

Post a Comment

Popular posts from this blog

DIBALIK PERTANYAAN 'NIKMAT TUHAN MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN?'

IMPLIKATUR PRINSIP IRONI DALAM 'KAMUS CEWEK'