HIDUP TAK HENTI MEMBERI ARTI




Saat itu pukul dua belas siang. Matahari terik menyinari kota yang terkenal dengan sebutan kawasan industri. Seorang pria paruh baya turun dari mobil mewahnya. Tidak peduli panas matahari, ia menyalami satpam yang sedang berjaga. Senyumnya mengembang. Dengan erat dijabatnya tangan para satpam yang ada di sana. Tidak satu katapun keluar dari mulutnya. Hanya bibir yang menyunggingkan senyum, dan sebuah tepukan mendarat di bahu mereka. Setalah itu, dapat kulihat mobil miliknya keluar dari pelataran parkir kantor kami.

Aku menutup kembali tirai yang sengaja kubuka sedikit untuk mengintip kepergiannya. Sejak beliau datang, kantor kami tidak seperti biasanya. Ada banyak yang harus diurus, dari mulai toilet yang harus selalu wangi sampai minuman yang setiap dua jam sekali harus diganti. Pria paruh baya itu pemilik perusahaan tempat aku magang. Aku mendengar selintingan kabar, kalau beliau adalah pria dengan hati paling baik di sini. Aku tidak tahu pasti, ini kali pertama aku bertemu dengannya.

Saat bel tanda istirahat sudah selesai bergema di seluruh ruangan kantor, para karyawan segera kembali pada tugasnya masing – masing. Ruangan sepi. Hanya suara jari yang beradu dengan keyboard komputer saja yang memecah sunyi. Kemudian derap langkah kaki terdengar, menandakan seseorang sedang menaiki anak tangga. Aku menoleh, menatap atasanku, meminta petunjuk apa yang harus dilakukan. Tangannya mengisyaratkan padaku untuk segera berdiri. Semua karyawan menghentikan aktivitasnya, merapikan pakaian dan berdiri dengan tegap. Kami memasang senyum terbaik. Saat beliau memasuki kantor, seluruh karyawan serempak menunduk dan mengucapkan selamat siang. Yang disapa membalas teguran kami dengan senyum ramah, melambaikan tangan dan berlalu menuju ruangannya.

***

“Hati. Tidak ada yang tahu persis apa maunya. Selalu ada yang terselip jika kau tak berjaga. Bertahan pada pilihan yang kau pilih dengan hati nurani adalah sesuatu yang luar biasa. Lakukan dengan hati. Uang itu urusan belakangan. Yang penting hatimu dulu perbaiki. Tidak usah pikirkan untung rugi. Apa yang akan menjadi milikmu tidak akan pergi. Ia pasti kembali. Seberapa keras orang ingin mencuri. Sukses itu hasil konsistensi hati. Kalau tidak mampu, jangan pernah bermimpi.

Aku tidak hebat, masih banyak orang yang lebih hebat di luar sana. Ada banyak cerita kesuksesan dengan alur yang sama. Berasal dari keluarga miskin, diremehkan, ditolak mentah – mentah, klise sekali memang. Tapi begitulah adanya. Aku berusaha untuk tetap tulus, meski dibilang bermuka dua. Aku tetap berusaha berbaik sangka, meski peluang terlihat tidak ada. Aku tetap berusaha untuk memberi, meski dicaci.

Hidup ini terlalu membosankan jika hanya digunakan untuk memenuhi kepuasan pribadi. Tidak ada gunanya hidup jika tidak memberi arti. Aku tidak berekpsektasi tinggi. Hanya jika ada salah seorang saja dari mereka yang melihatku menjadi terinspirasi, aku sudah senang. Orang bilang hidup kadang tidak selalu sesuai dengan apa yang kita impikan adalah benar. Kadang kita berusaha untuk itu, tapi yang kita dapatkan adalah ini. Kadang kita memikirkan hal itu pasti akan terjadi, tapi kenyataannya hal ini yang malah ada di hadapan. Mimpiku bukanlah menjadi seorang pengusaha. Tidak tahunya nasib berkata lain. Tapi jalan Tuhan selalu lebih indah. Tidak perlu disangkal. Jangan angkuh untuk mengakuinya. Dia adalah sebaik – baik sutradara kehidupan,”

Panjang lebar beliau menjelaskan itu pada setiap karyawannya. Dan sekarang, aku adalah orang salah satu yang beruntung karena dapat mendengarkan penjelasannya tentang konsep hati menurutnya. Lakukan dan lupakan. Begitu katanya. Kalau sudah melakukan kebaikan, jangan pikirkan balasan. Konsepnya sederhana, bersediakah kau menurunkan egomu dan mempraktikannya?

***



“Konsepnya selalu sederhana. Hati kita saja yang kadang dipenuhi ego, sehingga tidak mau menerima,”-DPA







Bandung, 28 Februari 2016
Amateur Traveler,



Dinda Alhumaira

Comments

Popular posts from this blog

DIBALIK PERTANYAAN 'NIKMAT TUHAN MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN?'

Separuh Sempurna

IMPLIKATUR PRINSIP IRONI DALAM 'KAMUS CEWEK'