Muhammad Sang Nabi (Sebuah Biografi Kritis) Karya: Karen Armstrong
Orang bilang hanya sebuah tulisan, tapi tak satupun
mampu membuat yang sedikit saja menyerupainya. Tidak dengan tongkat yang
berubah menjadi ular dan dapat membelah lautan, tidak dengan tubuh yang tahan terhadap panasnya api, pria ini meyakinkan kaum Quraisy dengan memperdengarkan kalam
ilahi yang telah diterimanya. Dekapan malaikat jibril yang menyesakan begitu
nyata. Tubuhnya bergetar hebat. Ia hampir tidak percaya dengan yang baru saja
dialaminya. Kemudian, sampailah ia pada sebuah keyakinan bahwa dirinya adalah
utusan Allah.
Seorang manusia biasa, yang bahkan tidak bisa membaca dan
menulis, mengaku sebagai Nabi. Ia mengatakan bahwa Allah adalah Tuhan satu –
satunya, hancurkan semua berhala, dan akui dirinya sebagai utusan Tuhan. Tidak ada
yang mempercayainya. Gila! Manusia gila! Seru mereka. Konsep agama baru yang
ditawarkan oleh pria kepercayaan Mekkah ini ditolak mentah –
mentah.
Tradisi berhala begitu kuat, turun menurun dan
mengakar, tidak bisa dipatahkan dengan pengakuan semacam itu. Melawan arus itu
tidak mudah. Apalagi membangun sebuah perdaban baru. Ia tidak menyerah, terus
berjalan menyampaikan segala hal yang telah diterimanya. Satu, dua, tiga orang
memeluk agama yang dibawanya. Empat, lima, enam orang, jumlah pengikutnya terus bertambah. Keberadaan
pria ini kemudian dirasa begitu mengancam.
Ketika dakwah mulai dilakukan secara terang –
terangan, ancaman dan rintangan mengiringi perjalannya. Disebut gila, ia tidak
peduli. Dilempar batu dan kotoran, ia tetap bejalan di jalan Tuhan. Serangan
demi serangan yang bertujuan untuk mengucilkannya terus datang silih berganti.
Semakin keras ia mengajak kaumnya untuk berjalan di jalan Allah, semakin keras
pula mereka memberontak. Penolakan terus menerus digaungkan. Perpecahan tidak
bisa dihindari. Pria ini lalu diusir dari negerinya sendiri.
Tidak mudah. Perjalanan dakwahnya penuh lika - liku. Hingga
akhirnya ia dituntun untuk melakukan hijrah. Masyarakat Madinah menyambut kaum
Mekkah, yang kemudian disebut kaum Muhajirin, dengan hangat. Mereka melindungi dan
memfasilitasi kebutuhan mereka. Meskipun begitu, kisahnya tidak selalu
mulus. Beberapa orang yang mengaku telah menjadi ummatnya, kadang membicarakan hal - hal buruk mengenai islam di belakang. Golongan ini kemudian disebut munafik di dalam alQuran. Mereka
seperti musuh dalam selimut, atau seperti tikus yang menggerogoti kekuatan
ummat.
Meskipun demikian, hijrah membawa suatu perubahan
fenomenal. Ummat berhasil membentuk kelompok yang tangguh dan kuat. Dengan ummat yang telah dibentuknya ini, beberapa peperangan yang dilakukan demi membela kehormatan islam membuahkan
kemenangan. Hal tersebut membuat kaum muslim menjadi kelompok yang sangat berpengaruh di tanah Arab. Puncaknya adalah
ketika ummat berhasil menduduki kota Mekkah kembali. Kaum Muhajirin akhirnya dapat pulang dan berkumpul dengan keluarga yang telah ditinggalkan ketika hijrah.
Dengan segala hal yang telah diusahakannya, pria bernama
Muhammad ini telah berhasil mengubah peradaban dunia. Sosoknya yang sempurna dan akhlaknya yang mulia menjadi panutan umat muslim hingga sekarang. Tapi memang
dasarnya hati manusia ini rapuh. Benih – benih sombong kemudian berkembang
menjadi rasa angkuh. Beberapa kelompok memandang sinis pada tokoh yang diagungkan
oleh umat muslim ini. Mereka mengkritisi kehidupannya seperti mengatakan bahwa
islam adalah agama pedang, Muhammad beristri banyak untuk melampiaskan hawa
nafsunya, ia adalah orang yang haus akan kekuasaan, dan lain sebagainya.
Padangan tersebut begitu menyakitkan kami, umat
muslim. Kami meyakini bahwa segala tindak tanduknya sesuai dengan yang
diperintahkan Allah. Maka berperang bukanlah untuk menciptakan kerusakan di
muka bumi, melainkan untuk melindungi kehormatan diri. Beristri banyak bukan untuk melampiaskan hawa nafsu, tetapi dalam rangka membantu para
janda agar mendapatkan kehidupan yang lebih baik, tentu saja ada syarat yang
harus dipenuhi sebelum laki – laki memutuskan untuk berpoligami, dan politik
Muhammad bukanlah bentuk keserakahan, tetapi untuk menegakan agama islam di bumi
Allah.
Karen Armstrong menjabarkan pandangan - pandangan yang bersifat netral mengenai Sang Nabi. Hal - hal yang sering diperdebatkan oleh orang Barat dapat dipatahkan dengan penjelasan yang logis. Jika saja mereka mau membaca kisah Muhammad dengan pikiran yang lebih terbuka dan hati yang lebih lapang, maka tidak akan ada keraguan, bahwa Muhammad adalah orang yang luar biasa.
“Jika kalian tidak ingin mengapresiasi
yang telah dilakukan olehnya, maka hargailah kami sebagai seseorang yang ingin
selalu menghormatinya,” –DPA
Bandung, 30 Juni 2016
Amateur Traveler,
DindaAlhmaira
Comments
Post a Comment