Sebuah Nasihat Lama



Serangkaian nasihat perihal jodoh masih sering terngiang. Beberapa diantaranya dianggap angin lalu, terlalu klise, lagu lama, dan terkesan kolot. Bagaimana jodoh bisa bertemu? Pertemuan indah, fenomenal, dan penuh romantisme pernah jadi dambaan. Nyatanya, tidak ada yang lebih indah dari pertemuan yang diselimuti keberkahan. Tidak ada yang lebih diharapkan dari pertemuan yang berada dalam penjagaan dan perlindunganNya. Dengan begitu, bagaimanapun hasil akhirnya nanti tak perlu lah ada luka tergores di hati.


Kalau saja lebih peka, hati yang menerima dan ridha orangtua cukuplah menjadi tanda. Seringkali ego dan hati tak jalan beriringan. Ego merasa menemukan tapi hati tak juga merasa tentram. Ego merasa kurang tapi hati merasa tenang. Kemudian Allah buat perjalanan menjadi penuh liku hanya agar terjaga di sepertiga malam tengadahkan tangan meminta pada yang Maha Kuasa. Dibuatlah perjalanan menjadi panjang untuk runtuhkan ego yang tinggi menjulang. Dibuatlah perjalanan penuh dengan uraian air mata hanya agar barisan doa semakin rapat tak terputus. Begini rupanya yang disebut kalau jodoh tidak kemana. Sejauh apapun berkelana mengejar yang didamba, sibuk ke sana kemari mencari – cari pujaan hati, menghabiskan sekian waktu bersama, kalau tidak jodoh ijab qabul tak jua menggema.


Percakapan pagi itu menjadi teman perjalanan menuju kampung halaman. Mencari-cari topik berfaedah penuh hikmah. Pertanyaan iseng pun terlontar. Kata tanya sederhana ‘Mengapa?’ yang kemudian dijawab dengan jawaban yang juga sederhana. Hening sesaat. Berpikir kemudian. Ternyata seperti ini yang disebut jodoh pastilah bertemu. Ia akan temukan jalan untuk bertamu. Dua puluh tiga tahun kemudian, seorang pria datang meminang, jatuh hati perkara nama, adakah yang menyangka? Seandainya tidak ada rona merah di pipi saat lahir, akankah cerita kita tetap sama? Ah, tapi daun yang jatuh tidak pernah menyalahkan angin, bukan? Jika setiap jatuhnya daun diiringi hikmah, maka berapa banyak pelajaran yang dapat diambil dari hati yang jatuh karenaNya? Rupanya begini yang disebut Allah janjikan jodoh sejak kau lahir. Bahkan ketika ruh ditiup dalam kandungan, tertulis sudah semua yang menjadi takdir. Semesta akan menggerakan siapa saja, apa saja, dan bagaimanapun caranya hanya untuk mempertemukan aku dan kamu. Perlukah kita khawatir?


Suatu ketika berjalan – jalan ke tempat yang pernah dikunjungi sebelumnya. Melihat – lihat ternyata kita pernah dekat. Mengapa ya tidak sejak dulu bertemu? Rupanya, jodoh tidak pernah datang terlambat. Tidak ada kata terlalu lama menunggu, atau terlalu cepat bertemu. Ia pastilah tepat waktu. Seandainya saat itu kita bertemu, memang kamu sudah mau? Betapa banyak pengalaman yang terjadi lebih dulu agar siap jiwa ini menyatu. Betapa banyak kegagalan yang terjadi lebih dulu agar melihat kekurangan diri kemudian memperbaiki. Betapa panjang penantian membuat diri semakin berserah, menyederhanakan kriteria hingga tak ada yang lebih diharapkan selain ridha dariNya. Pada akhirnya proses penantian menjadi sarana untuk memperbaiki diri hingga saat bertemu nanti kamu dalam kondisi terbaik versimu dengan selapang - lapang hati untuk menerima kurang dan lebih pasangan. 


Betapa sutradara yang Maha Hebat se-alam semesta sudah siapkan cerita dengan alur indah tak terkira, unik tak disangka, untuk perjumpaan penting ini. Ternyata begini rupanya takdir. Telah Ia ciptakan manusia berpasang – pasangan, Allah tanamkan kasih dan sayang diantara kita sehingga tentram terasa di hati. Kalau saja tentram tak juga membersamai, maka silahkan tanyakan pada diri, adakah yang salah selama ini? Ternyata pada yang demikian itu terdapat tanda – tanda bagi kaum yang berpikir.








NB:
Bayi gadisku masih terlelap dalam pangkuan. Semoga Allah beri dia kesempatan lebih lama tinggal di bumi, hingga dewasa nanti, saat ia tertarik dengan laki - laki, nasihat lama ini masih akan tetap kuberi. Kupikir selamanya nasihat ini menjadi jawaban bagi jiwa yang sedang menanti.
-DPA







Bandung, 10 Januari 2019




DindaAlhumaira


Comments

Popular posts from this blog

DIBALIK PERTANYAAN 'NIKMAT TUHAN MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN?'

Separuh Sempurna

IMPLIKATUR PRINSIP IRONI DALAM 'KAMUS CEWEK'