BELAJAR DARI PERPISAHAN GADING DAN GISELLA




Kurang lebih satu tahun lalu, pasangan Gading dan Gisel memutuskan untuk mengakhiri rumah tangga mereka. Netizen sangat terkejut dengan berita tersebut, pasalnya mereka memang terlihat sangat romantis di dunia maya. Palu perceraian diketok, resmi sudah mereka berdua sebagai mantan suami dan istri. Waktu terus bergulir tetapi mantan pasangan ini masih selalu dalam sorotan banyak mata. Gerak – gerik Gisel dan Gading yang selalu jadi berita. Gempita yang masih sering jadi trending topik utama. Ditambah ulah netizen yang masih saja mendoakan mereka kembali bersama. Ada – ada saja. 

Beberapa hari yang lalu sempat menonton channel youtube Ussy dan Andhika yang pada saat itu Gisel menjadi bintang tamunya. Bahasannya masih juga seputar perceraian dan kehidupan pasca cerai. Menarik sekali sih memang. Tidak ada habisnya kalau bicara tentang mereka. Dari sekitar 25 menit durasi video bincang – bincang Ussy, Andhika dan Gisel, ada satu kalimat Gisel yang bisa jadi pelajaran berharga bagi kita yang masih bergelut dalam adaptasi dengan pasangan atau mungkin sedang berjuang mempertahankan rumah tangga, atau untuk kamu yang sedang bersiap naik pelaminan. Bahwasanya dari berbagai alasan keretakan rumah tangga mereka, salah satu akarnya permasalahannya adalah tidak bermuara pada Tuhan yang sama. Gisel mengungkapkan bahwa setelah bercerai ia belajar agama lebih dalam lagi dan mendekatkan diri pada Tuhan. Hingga akhirnya ia mengakui saat rumah tangga mereka di ujung tanduk dirinya dan Gading sudah sering berkonsultasi kepada ahli, tetapi lupa berkonsultasi pada Tuhan. Jlebbbb…..

Untuk kamu yang akan berumah tangga, ini adalah sebuah pesan yang sangat berharga. Kita kadang mengaku seagama, tetapi silahkan tanya apakah kita bermuara pada Allah yang sama? Apakah kita memiliki keyakinan yang sama dalam memandang Allah? Apakah kita memiliki kesamaan dalam menggantungkan harapan hanya pada Dia satu - satunya? Banyak – banyaklah gali kesamaan kalian dalam memandang Tuhan. Jika Allah hanya dihadirkan saat mengucapkan ijab qabul di depan penghulu, ah aku tak bisa bayangkan betapa sulitnya kehidupan pernikahan itu berlangsung.

Untuk kamu yang sedang dalam masa penjajakan, berdoalah panjang – panjang. Mintalah pada Allah untuk selalu membimbing kamu dan pasangan. Jika memang dalam prosesnya ada yang salah, minta padaNya untuk selalu diarahkan ke jalan yang benar. Percayalah, gerbang pernikahan harus dimasuki dengan cara yang baik. Rumah tangga tidak mudah. Sungguh. Benar – benar tidak mudah. Seperti yang dikatakan Gisel dalam kanal youtube Ussy dan Andika, yang menyesalkan mengapa tidak ada yang memberitahu bahwa pernikahan tuh ternyata seperti ini. Maka belajarlah. Bukan berarti  tidak boleh salah. Tapi belajar dan perbanyaklah bekal

Untuk kamu yang sedang berjuang beradaptasi dalam rumah tangga. Ada banyak perbedaan antara suami dan istri, tentulah begitu sejatinya. Dari perbedaan jenis kelamin, cara pikir, pola asuh, lingkungan tempat kita dibesarkan, keadaan psikologis masing –masing, pekerjaan yang berbeda, dan banyak lagi. Maka satu – satunya yang mampu mempersatukan segala perbedaan adalah visi dan misi yang seirama, serta keyakinan bahwa kita adalah pasangan yang bersatu atas kehendakNya. Bukan hanya sekedar saling mencintai karena ikatan emosi, tetapi mencintai karenaNya. Seandainya tidak ingat menikah adalah ibadah mungkin aku pun sudah balik arah kemudian menyerah. Sebuah pelajaran berharga dari perceraian tetangga, petiklah hikmahnya. Tidak ada kata terlambat bagi mereka yang memiliki keinginan belajar. Saling merendahkan hati adalah kunci. Seperti yang dikatakan oleh banyak orangtua, menikah adalah seni. Seni berkomunikasi antara suami dan istri. Mari kembali samakan tujuan rumah tangga, barangkali salah satu dari kita lupa. Berdiskusi tentang posisi Allah di hati masing-masing. Kalau memang masih menempatkanNya di urutan pertama maka tak sulit untuk berubah ke arah yang lebih baik.

Usia rumah tangga saya pribadi belum sejauh Gisel dan Gading. Bahwa lima tahun pertama adalah ujian memang benar adanya. Ada kalanya masalah selesai hanya dengan saling berpelukan, ada pula masalah yang harus diselesaikan dengan linangan air mata dan saling menjaga jarak. Pastilah ada juga ombak besar yang menguji ketahanan kapal, akankah karam tenggelam atau berhasil menerjang dan kembali berlayar. Memang banyak sekali fondasi yang dibutuhkan dalam membangun rumah tangga, agamalah salah satu yang terkuatnya. Bukan sekedar agama dalam identitas kependudukan, tetapi seberapa jauh kita dan pasangan  menerapkannya dalam kehidupan.  

Ketika Allah dihadirkan dalam segala aspek kehidupan berkeluarga, kita tidak pernah merasa paling benar dan baik. Semuanya akan kembali pada aturanNya, sebab yang paling baik dan benar adalah yang menurutNya, bukan menurutmu atau menurutku. Menghadirkan Allah tidak membuat kita sombong saat benar atau merasa rendah saat salah. Ini bukan tentang aku sendiri atau kamu saja. Ini tentang kita, yang harus sama- sama merasa bahagia. 

Untuk kamu yang sedang berjuang mempertahankan rumah tangga. Pastilah sulit sekali melihat kebaikan dalam sebuah cobaan. Seperti saat kamu akan menjajaki pernikahan, berdoalah lama – lama pada Allah satu - satunya yang Maha Penolong. Mintakan kelapangan hati untuk menerima semua kondisi. Mintakan jalan yang terbaik menurutNya. Berdoalah panjang – panjang, jika memang kita adalah pasangan yang dipersatukan oleh Allah, maka terpisah pun atas kehendakNya. Bukan karena ego berdua. Sesungguhnya ahli – ahli rumah tangga di luar sana hanyalah manusia biasa. Mudah – mudahan setiap masalah bisa teratasi dengan kita yang bermuara pada Tuhan yang sama.









Jakarta, 28 Oktober 2019





DindaAlhumaira

Comments

Popular posts from this blog

DIBALIK PERTANYAAN 'NIKMAT TUHAN MANAKAH YANG KAMU DUSTAKAN?'

Separuh Sempurna

IMPLIKATUR PRINSIP IRONI DALAM 'KAMUS CEWEK'